Rabu, 25 November 2009

COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION

COOPERATIVE LEARNING TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER 1 PADA MATERI POKOK FAKTORISASI SUKU-SUKU ALJABAR
(ACTION RESEARCH CLASS ROOM)

Oleh
Hidayati
Guru SMP Negeri I Pringsurat Temanggung 56272
E_mail : hdyt_tmg@yahoo.com

KBK (Kurikulum Berbasis Kompetensi) merupakan satu dari sekian banyak usaha pemerintah untuk digunakan sebagai landasan dalam pengembangan pendidikan di Indonesia yang berkualitas dan berkesinambungan. KBK muncul ke permukaan sebagai alternatif kurikulum yang konsepnya menawarkan otonomi pada sekolah (Kurikulum Berbasis Sekolah) yang mengarah kepada KTSP(Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan).Dalam KBK kompetensi dan materi pokok masih bertaraf standar Internasional, perlu dijabarkan oleh daerah atau sekolah menjadi silabus dan rencana pelajaran yang pembelajarannyapun harus mencakup materi lokal yang sesuai dengan kondisi, kebutuhan dan potensi daerah setempat.

Team Assisted Individualization memerlukan guru yang mampu menjabarkan serangkaiam materi pembelajaran yang memilikki kekhasan yang pelaksanaannya ditunjukkan oleh model pembelajaran Team Assisted Individualization yang terdiri atas 8 komponen yaitu: Teams, Placement Test,Work Sheet, Team Study, Team Scores and Team Recognition, Teaching Group, Fact Test,Whole – Class Unit.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Action Research Class Room/CRAR) yang dilaksanakan pada SMP Negeri I Pringsurat Temanggung 56272 dengan tujuan utama meningkatkan prestasi belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran Team Assisted Individualization.
Key Words: KBK,KTSP,Team Assisted Individualization,prestasi belajar siswa.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Kurikulum Berbasis Kompetensi/KBK adalah salah satu dari pilihan pemerintah Indonesia yang digunakan sebagai upaya dalam menentukan landasan dan pengembangan bagi pendidikan di Indonesia, agar lebih berkualitas dan berdaya kesinambungan yang tinggi. Kurikulum yang konsepnya menawarkan otonomi pada sekolah yang dikenal dengan Kurikulum Berbasis Sekolah adalah KBK yang dimunculkan ke permukaan sebagai salah satu pilihan yang diarahkan kepada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan(KTSP). Materi Pokok dan kompetensi yang ada pada KBK masih bertaraf Standar Internasional.Karena itu kompetensi dan materi pokoknya harus dijabarkan oleh daerah atau sekolah menjadi silabus dan rencana pelajaran yang terinci.Pembelajarannyapun harus mencakup pada materi lokal (sekolah) yang disesuaikan dengan kondisi, kebutuhan dan potensi daerah setempat.
Berkaitan dengan hal diatas Model Pembelajaran Team Assisted Individualization diharapkan mampu menolong keadaan yang ada pada kelas yang akan dilakukan tindakan.
Situasi terkini, pada sekolah-sekolah yang sudah mengimplementasikan KBK dapat dilihat pada masih banyaknya hal-hal yang harus dibenahi.Terutama perlu ditelaah kembali proses pembelajaran-proses pembelajaran dikelas yang praktiknya,pada pokoknya, harus mengedepankan pada mempersiapkan peserta didik untuk berpartisipasi didalam pembelajaran aktif di kelas secara kontinyu dan bertanggung jawab pada pembelajaran mereka masing-masing, agar kelak mampu terjun ke dunia kehidupan bermasyarakat sesuai tuntutan KBK,yang akan sangat berbeda, jika peran guru yang sangat dominan seperti selama ini dialihkan menjadi lebih sebagai fasilitator.
Peserta didik pada saat ini dibayang-bayangi ketakutan akan tuntutan-tuntutan mengejar nilai UAN yang tinggi,sehingga perannya sebagai peserta didik yang harus bukan sebagai penerima informasi saja terlupakan, maka diperlukan guru yang mampu mengedepankan kebutuhan peserta didik akan saling berperan serta di dalam proses pembelajaran aktif di kelas, terpenuhi.
Selain mempersiapkan peserta didik untuk mampu terjun ke dunia kehidupan masyarakat, KBK juga menuntut para guru mampu mempersiapkan peserta didiknya ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. SMP (Sekolah Menengah Pertama) adalah salah satu lembaga pendidikan dasar yang mempersiapkan para peserta didiknya untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.Karena itu pengaruh yang sangat menentukan untk penguasaan konsep-konsep materi matematika pada jenjang selanjutnya (menengah ke atas) dimulai dari penguasaan konsep-konsep materi matematika pada tingkat dasar,dalam hal ini SMP. Penanaman konsep-konsep materi matematika memerlukan waktu yang sedini mungkin untuk menolong para peserta didik mengatasi kesulitan dan mampu menyelesaikan masalah sejak awal.
Materi Pokok Faktorisasi Suku Aljabar yang diberikan pada kelas VIII semester 1 membahas tentang pemfaktoran suku-suku aljabar.Untuk menyelesaikan masalah pada latihan-latihan yang disodorkan diperlukan ketrampilan-ketrampilan pendukung seperti kemampuan mengkuadratkan, menarik akar, membagi atau mengalikan bilangan positif dan negatif atau sebaliknya,kemampuan numerik dan kemampuan dalam menyelesaikan persamaan.Pada umumnya kesulitan yang dihadapi peserta didik dalam menyelesaiakan faktorisasi suku alajabar terletak pada pemahaman soal pada menarik akar,dan membagi atau mengalikan bilangan positif dan negatif atau sebaliknya. Peserta didik kurang mampu menarik akar dengan cepat,serta peserta didik kurang mampu mengalikan dan membagi bilangan positif dan negatif atau sebaliknya dengan cepat pula.Kesulitan-kesulitan peserta didik seperti itu memerlukan pengkomunikasian dengan peserta didik lainnya atau dengan guru.
Secara spesifik Slavin,Robert.E. (1995:2) mendefinikasikan Pembelajaran Kooperatif adalah sebagai metode belajar yang memungkinkan peserta didik bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil yang memilikki tingkat kemampuan yang berbeda dan saling berinteraksi dalam kelompok.Didalam pembelajaran Kooperatif pesaerta didik terdiri atas 4 sampai 6 orang belajar bersama ,mengerjakan tugas bersama didalam kelompok yang anggotanya heterogen. Setiap anggota saling membantu didalam memecahkan masalah atau mempelajari sesuatu.
Selanjutnya Slavin, Robert.E.(1995:98) menulis di dalam bukunya berjudul Cooperative Learning: Theory,Research and Practice, bahwa:”TAI was created to take advantage of the considerable socialization potential of cooperatif learning.Previous studies of group-paced cooperative learning methods on such outcome as relation and attitudes toward mainstreamed academically handicapped students”. Pernyataan diatas mengartikan bahwa TAI melatih para peserta didik untuk bersosialisai,dalam arti lain lagi dari keseluruhan model pembelajaran kooperatif maka TAI yang paling berpotensi untuk melatih peserta didik bersosialisasi dan membantu diketemukannya hubungan dan sikap yang positif bagi peserta didik yang berkemampuan akademik kurang.
Faktorisasi suku aljabar memerlukan kerjasama yang tinggi agar para peserta didik termotivasi dan bersemangat untuk menyelesaikan setiap persoalan dengan lebih mengedepankan peran masing-masing anggota secara individual dengan tidak mengesampingkan peran didalam aspek-aspek kooperatif. TAI mempunyai ciri khas tersendiri yang berbeda dari tipe-tipe Cooperative Learning yang lain seperti JIGSAW,TGT,STAD dan yang lainnya.Ada 8 komponen dari TAI yang merupakan petunjuk pelaksanaan yang digunakan untuk merangkai materi pembelajaran yaitu: Teams (pembentukan kelompok), Placement test (test-test penempatan), Work Sheet (lembar kreatifitas siswa), Team Study (belajar kelompok), Teams Scores and Team Recognition (Skoring Kelompok dan Pengakuan Kelompok), Teaching Group (kelompok-kelompok pembelajaran), Facta Test (tes-tes fakta), Whole - Class Unit (unit-unit kelas secara keseluruhan).
Pada 8 komponen dari TAI diupayakan dapat mendukung motivasi dan semangat para peserta didik untuk bersosialisasi dan membangun hubungan dan sikap yang mengarah kepada peningkatan kemampuan akademik yang positif dan hasil prestasi belajar yang tinggi.
Peserta didik yang dipilih adalah kelas VIII SMP Negeri I Pringsurat tahun pelajaran 2006/2007 selama ini mempunyai rata-rata nilai ulangan harian yang dapat dikatakan belum menggembirakan yaitu 5,9 dan ketuntasan belajar hanya 50 %. Peneliti bermaksud mengupayakan pertolongan yang dapat dilakukan dan yang paling mudah ditempuh adalah melaksanakan Penelitian Tindakan Kelas.
Perumusan Masalah
Dengan menilik seluruh hal diatas maka peneliti merumuskan: Apakah penerapan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualization dapat meningkatkan hasil prestasi belajar siswa kelas VIII semester 1 SMP Negeri I Pringsurat tahun pelajaran 2006/2007 pada materi pokok faktorisasi suku-suku aljabar?

Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri I Pringsurat semester 1 pada materi pokok faktorisasi suku-suku alajabar dengan menerapkan model pembelajaran Cooperative Learning tipe Team Assisted Individualization.

Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah memberikan bantuan kepada guru SMP dalam memilih dan menggunakan metode pembelajaran yang tepat,cepat dan mudah ditempuh untuk dapat menolong peserta didiknya bersosialisasi dan membantu diketemukannya hubungan dan sikap yang positif bagi peserta didiknya yang berkemampuan akademik kurang agar prestasi belajarnya meningkat.

METODOLOGI
Yang digunakan sebagai metode dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas. Subyek yang dijadikan sampel penelitian adalah siswa kelas VIII SMP Negeri I Pringsurat semester 1 tahun pelajaran 2006/2007 sebanyak 3 kelas terdiri atas 155 orang.
Faktor yang diselidikki untuk peserta didik adalah prestasi belajar dari produk penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI berupa hasil tes.
Faktor guru yang diselidikki adalah kemampuan menerapkan model pembelajaran yaitu membangkitkan motivasi dan semangat para peserta didk untuk bersosialisasi dan membangun hubungan dan sikap yang mengarah kepada peningkatan kemampuan akademik yang positif dan prestasi belajar yang tinggi yang ditunjukkan oleh lembar observasi dan hasil tes para peserta didiknya.
Asapun indikator dari keberhasilan penelitian ini adalah ketuntasan belajar siswa yakni 85% dan rata-rata kelas 7,5.
Prosedur Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan melalui tiga siklus sebanyak 24 kali pertemuan selama satu bulan dari tanggal 20 Agustus 2006 sampai dengan 20 September 2006.
Tiap siklus dilaksanakan melalui empat tahapan yaitu Perencanaan, Pelaksanaan Tindakan, Observasi, Refleksi.
Langkah-langkah yang dilakukan untuk prosedur kerja dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
Langkah Perencanaan.
a. Temu Teknis antara Kepala Sekolah,peneliti dan observer.
b. Membuat satuan model pelajaran, RPP.
c. Membagi para peserta didik yang terdiri atas 4 orang menjadi 11 kelompok.
d. Menyusun soal-soal untuk digunakan pada siklus I,II,III.
e. Pembelajaran pada siklus I dengan su materi pokok penjumlahan dan pengurangan suku-suku sejenis,pada siklus II dengan sub materi pokok perkalian suku dua,pada siklus III dengan sub materi pokok pemfaktoran.

Langkah Pelaksanaan
a. Guru melaksanakan pembelajaran dengan dengan menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe TAI.
b. Kegiatan ini oleh guru harus mampu membimbing dan memotivasi siswa agar dapat lebih bersosialisasi dengan menumbuhkan hubungan dan sikap yang positif pada antar peserta didik terutama yang berkemampuan kurang.
c. Memberikan tes evaluasi akir pada setiap akhir siklus.

Langkah Observasi.
Observer mencatat semua kegiatan guru dan peserta didik pada lembar observasi yang sudah ditetapkan.
Langkah Refleksi.
Observer bersama guru mendiskusikan bersama hasil pengamatan, menganalisa, menafsirkan, menunjukkan, mengkonfirmasikan. Guru dapat memberikan refleksi, dan mengetahui kelebihan dan kekurangan dari pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran diatas. Sehingga guru dapat mencari hal-hal yang perlu dibenahi untuk perbaikan pada tindak selanjutnya.

PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis data hasil penelitian diketahui bahwa prestasi belajar siswa menjadi lebih baik setelah penerapan model.Yang paling menonjol aktifitas yang dapat diamati adalah Team Study dan Teaching Group. Sehingga kedua hal tersebut di samping keenam hal lainnya mendukung adanya kemajuan dalam proses pembelajaran aktif.Pada siklus I rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 7.6 dengan tuntas belajar 100%. Siklus II rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 7,9 dengan tuntas belajar 100%. Siklus III rata-rata hasil belajar peserta didik adalah 8,3 dengan tuntas belajar 100 %. Semua peserta didik mengalami tuntas belajar.

SIMPULAN
Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe TAI dapat meningkatkan prestasi belajar peserta didik. Proses pembelajaran aktif dikelas dapat terdukung dengan baik karena peserta didiknya mampu bersosialisasi, berinteraksi, dengan hubungan sikap yang positif terutama pada peserta didik yang berkemampuan kurang.


DAFTAR PUSTAKA

Amin Suyitno,1996. Tata Tulis Skripsi dan Karya Ilmiah, Semarang: FMIPA IKIP Semarang.

Depdikbud, 2001. Kurikulum Berbasis Kompetensi Mata Pelajaran Matematika Sekolah Menengah Pertama.Jakarta: Depdikbud.

Hidayati.2005. Cooperative Learning(Type Jigsaw I) Dalam Keefektifannya Pada Pokok Bahasan Persamaan Linear Dengan Dua Variabel Di Kelas II SLTP Prosiding Seminar Nasional Matematika di UNDIP tgl.27 Agustus 2005, ISBN 979 – 704 – 338 –X

Hidayati.2006. Group Investigation dalam Cooperative Learning Untuk Meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah Pada Pokok Bahasan Statistika Di Kelas II SLTP, Makalah Konferensi Nasional Matematika dan Konggres Himpunan Matematika XIII di UNNES Semarang, tgl.24-27 Juli 2006.
http://www.esudh.edu/SOE/cl/whatis CL.ntml

Joko Sutarto.1994. Program Wajib Belajar Sembilan Tahun Sebagai Upaya Peningkatan Kualitas SDM Memasukki PJPT II. Semarang : IKIP Semarang.
Pamella Robinson,at.al.2002.What is Cooperative Learning(CL)?

Scottish Mathematic Group.1991.Teori dan Penerapan Matematika SMP IA dan IIA(Terjemahan). Jakarta:Erlangga.

Slavin, Robert.E.1995. Cooperative Learning Theory Research and Practice.(2 th ed). New York: Allyn and Bacon.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

SELAMAT DATANG DI BLOG FORUM ILMIAH GURU KAB. BATANG

Alasan saya membuka blog ini , selain tugas saya sebagai sekbid.pengembangan profesi di Forum Ilmiah Guru adalah juga sebagai salah satu wahana untuk sharing komunikasi tentang kegiatan ilmiah guru yang berkaitan langsung dengan upaya peningkatan mutu pendidikan di kabupaten Batang. Mulai dari pembicaraan bagaimana pembelajaran berkualitas dilaksanakan, kegiatan MGMP dan Lesson Study, sampai pada bagaimana seharusnya guru membuat Laporan Penelitian Tindakan Kelas. Baik berupa Artikel, Makalah, KTI, dan sebagainya. Dalam blog ini rencana akan saya sajikan semua Naskah PTK hasil LKTI pada kegiatan Forum Ilmiah Guru Tahun 2007 dan 2008. Demikian juga untuk kegiatan-kegiatan lain seperti Lomba Inovasi Pembelajaran, Lomba Keberhasilan Guru dalam Pembelajaran, Lomba Pembelajaran Berbantuan Komputer, dan kegiatan-kegiatan lainnya baik yang di adakan Depdiknas, LPMP, ITSF, dan pihak-pihak penyandang dana penelitian/penggagas lomba lainnya. Saya optimis bahwa sangatlah mungkin guru-guru di kabupaten Batang nantinya mampu berkompetensi dalam kegiatan Ilmiah. Terbukti selama dua tahun mengadakan FIG, wakil dari Batang mampu menyumbang nama harun bagi Pemerintah Kab. Batang. Peserta dari Batang banyak yang memperoleh kejuaraan di tingkat Propinsi. Semua berkat kerja sama dan kinerja yang optimal dari guru dan pengurus FIG Kab. Batang. Trimakasih anda ikut berkarya, mari kita bangun Batang tercinta ini.